III. PENGUKURAN KESEGARAN JASMANI
A. Pengertian
Kesegaran
Jasmani diartikan sebagai kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan kegiatan
sehari-hari tanpa melakukan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki
cadangan tenaga untuk mengisi waktu luang melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya mendadak. Sebagai contoh seorang pelajar melakukan kegiatan belajar di
sekolah dari mulai masuk kelas, mengikuti pembelajaran, dan sampai jam
pelajaran selesai tanpa mengalami kelelahan yang sangat. Setelah pulang dari
sekolahpun masih bisa melakukan aktifitas lainnya seperti membantu orang tua
atau belajar tambahan diluar sekolah. Jadi apabila kita melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan bahkan masih mempunyai
tenaga cadangan maka dapat disimpulkan kita termasuk mempunyai kesegaran
jasmani atau kebugaran tubuh yang baik pula.
Memberikan
batasan kesegaran jasmani atau physical
fitness secara tepat adalah tidak mudah, karena pada hakikatnya kesegaran
jasmani merupakan hal yang rumit dan kompleks
Beberapa
pengertian kesegaran jasmani dari para ahli akan dikemukakan berikut ini.
Soedjatmo Soemowerdojo, ahli fisiologi, berpendapat bahwa kesegaran jasmani
lebih dititik beratkan pada physiological fitness ; yaitu kemampuan tumbuh untuk
menyesuaikan alat-alat tubuhnya untuk
dalam batas-batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja
fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan, sehingga
masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreasif dan telah
mengalami pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama esok
harinya. Sementara itu T.Cholik Muthohir (1999) sebagai ahli pendidikan
jasmani bahwa pada hakekatnya kesegaran
jasmani merupakan kondisi yang mencerminkan kemapuan seseorang untuk melakukan
tugas dengan produktif tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Menurut
Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000) “ sehat sejahtera paripurna” pengertian
bahwa seseorang tidak hanya sehat
jasmani tetapi juga harus :
- Merasa tentram dan lapang, bebas dari tekanan yang diakibatkan oleh stress mental dan disamping itu ia juga harus mampu mengolah stress.
- Merasa berguna dalam menjalankan hidup dan merasa dihargai oleh lingkungan social disekitarnya.
- Merasa optimis menatap masa depan, dan secara moral berserah diri kepada yang maha kuasa
- Mampu melaksanakan tugas secara produktif untuk ukuran usia tanpa bergantung atau menyusahkan orang lain.
Secara fisiologis tekanan terhadap kerja fisik
dapat berupa perubahan pada sistem kerja jantung dan paru (sistem
kardiorespirasi), perubahan hormonal, dan sistem energi yang digunakan. Hal ini
dipengaruhi oleh kesiapan dan kesesuaian struktur tubuh terhadap beban kerja
atau tugas fisik yang dilakukan.
Seseorang bugar ditandai dengan
tubuh yang tidak mengandung banyak jaringan lemak, tulangnya kokoh dan padat,
otot-otot yang kuat, dan memiliki persendian yang teguh serta sistem pernafasan
berdaya tahan tinggi.
Sementara tanda-tanda kebugaran yang rendah terdiri dari (a) struktur anatomi
tidak efisien, ditandai dengan adanya pronasi, struktur tulang belakang tidak normal, (b) kesiap siagaan dan
stabilitas emosi rendah, yaitu kurang konsentrasi, mudah tersinggung dan
terkejut, (c) daya tahan system kardio respiratori rendah, kondisi mudah lelah
meskipun dengan aktivitas yang sangat ringan, (d) system metabolisme kurang
efisien, ditandai dengan kadar kolesterol, trigleserida tinggi dan gula darah
tidak normal.
Derajat kebugaran dapat
tergambar seberapa baik penyesuaian fisik terhadap beban dan tugas fisik yang
dilakukan dan seberapa cepat proses pulih asal dari kelelahannya. Semakin baik
tingkat tingkat penyesuaian terhadap tugas fisik dan kecepatan pulih asalnya
semakin baik pula tingkat kebugaran yang dimilkinya. Dengan demikian kita perlu
membahas komponen-komponen yang
mendukung tungkat kebugaran jasmani tersebut dan upaya peningkatannya, agar kita dapat melakukan
pelatihan dan pembelajaran pendidikan jasmani (olahraga) secara terarah.
B. Pengukuran komponen kesegaran jasmani
Apa
sajakah komponen atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani, dilihat dari komponen
yang membentuk kesegaran jamnai seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang
berkaitan dengan kesehatan (healt related fitness) dan komponen yang berkaitan
dengan ketrampilan (skill related fitness). Komponen yang berkaitan dengan
kesehatan terdiri dari daya tahan jantung dan paru-paru, komposisi tubuh,
fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan otot (muscular).
Sedangkan komponen kesegaran jasmanii yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan, kelincahan, koordinasi gerak, kecepatan reaksi dan keseimbangan.
untuk menjalankan aktifitas sehari-hari misalnya pelajar dan anggota masyarakat yang bersosialisi, minimal memiliki komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan lebih dibutuhkan oleh orang yang menjaga prestasi contohnya para atlit dan penari.
Baiklah kita lanjutkan pembahasan yang berkaitan dengan komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan:
Sedangkan komponen kesegaran jasmanii yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan, kelincahan, koordinasi gerak, kecepatan reaksi dan keseimbangan.
untuk menjalankan aktifitas sehari-hari misalnya pelajar dan anggota masyarakat yang bersosialisi, minimal memiliki komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan lebih dibutuhkan oleh orang yang menjaga prestasi contohnya para atlit dan penari.
Baiklah kita lanjutkan pembahasan yang berkaitan dengan komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan:
- Daya tahan Jantung
Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal dengan istilah daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, artinya daya tahan jantung/paru-paru adalah kemampuan jantung, paru-paru, dan peredaran darah untuk melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya tahan jantung, dan paru-paru sseseorang lemah maka orang tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan pekerjaan berat.
- Komposisi Tubuh
Yang
dimaksud komposisi tubuh adalah perbandingan yang proporsional antara tinggi
badan dengan berat badan seseorang dan termasuk jumlah cairan tubuh, lemak,
protein yang terkandung dalam tubuh seseorang. semakin proporsional
perbandingan tinggi dan berat badan seseorang dimungkinkan memiliki kesegaran
jasmani yang baik pula.
- Kekuatan Otot
Otot
merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menggerakan anggota tubuh,
sebagai daya penggerak aktivitas fisik diperlikan otot yang kuat, kekuatan otot
juga dapat melindungi seseorang dari kemungkinan cidera saat melakukan
aktifitas gerak sehari-hari. Kekuatan otot dapat diartikan kemampuan otot atau
sekelompok otot dalam melakukan kerja seperti menggerakan anggota tubuh saat
berlari, berjalan dan mengangkat. Kekuatan otot ini dipengaruhi oleh faktor
latihan yang teratur dan terencana secara sistematis. Sedangkan Daya tahan otot
dapat diartikan kemampuan otot atau sekumpulan otot dalam melakukan kontraksi
otot atau kerja otot yang berturut-turut atau melakukan kontraksi otot statis
dalam waktu lama. misalnya atlit yang melakukan push-up, dan atlit angkat besi.
Demikian penjelasan yang berkaitan dengan Kesegaran Jasmani atau kebugaran jasmani, semoga bisa dipahami. Kritik dan saran selalu saya nantikan untuk perbaikan tulisan dimasa datang.
Demikian penjelasan yang berkaitan dengan Kesegaran Jasmani atau kebugaran jasmani, semoga bisa dipahami. Kritik dan saran selalu saya nantikan untuk perbaikan tulisan dimasa datang.
C. Fungsi Kesegaran Jasmani
Kesegaran
Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Dari hasil seminar kebugaran jasmani nasional pertama yang dilaksanakan
diJakarta pada tahun 1971 dijelaskan bahwa fungsi kebugaran jasmani adalah
untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan kesanggupan daya kreasi serta daya
tahan dari setiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja dalam
pembangunan dan pertahanan bangsa dan negara.
Berdasarkan
fungsinya, kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Pertama
yang bersifat umum kesegaran jasmani adalah untuk mengembangkan
kekuatan,kemampuan, kesanggupan daya reaksi dan daya tahan setiap manusia yang
berguana untuk mempertinggi daya kerja.
Kedua yang
bersifat khusus kesegaran jasmani adalah sesuai dengan kekhususan
masing-masing, yang dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu golongan yang
berdasarkan pekerjaan misalnya atlet pelajar atau mahasiswa. Golongan yang
berdasarkan keadaan ibu hamil untuk menghadapi saat kelahiran. Keadaan
berdasarkan penyandang cacad untuk
rehabilitasi. Keadaan yang berdasarkan umur, misalnya bagi anak, anak untuk
merangsang pertumbuhan, dan bagi lansia untuk mempertinggi ketahan tubuh.
- Power
Power
atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif (pyke & Watson,
1978). Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan
eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu
secepat-cepatnya. Batasan baku yang dikemukanan oleh ( Hatfield (1989), yaitu :
power merupakan hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi
dengan waktu (time) atau juga power dapat dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu
(Kidekendall, 1987). Dengan demikian tes yang bertujuan untuk mengukur power
seharusnya melibatkan komponen gaya jarak, dan waktu.
Banyak
tes power yang sekarang digunakan tidak melibatkan komponen gaya, jarak, dan
waktu. Kenyataannya hanya mengukur jarak sebagai hasil kerja. Misalnya,
vertical jump test, standing broad atau long jump, vertical arm-pull(distance).
Pengukuran
yang hanya mengukur jarak hanya sebagai hasil kerja disebut athletic power
(Johnson & Nelson,1986, Thomas & Nelson 1990). Athletic power tidak
tepat digunakan untuk mengukur power apabilah pengukuran tersebut bertujuan
penelitian. Bila bertujuan untuk penelitian, pengukuran power menggunakan work
power (Johnson & Nelson,1986, Thomas & Nelson 1990). Dalam pengukuran
work power, usaha-usaha khusus biasanya dilakukan untuk meminimalkan
gerakan-gerakan yang tidak berguna, agar hasil yang maksimum dapat dikeluarkan
oleh kelompok otot tertentu. Verticall arm-pull (work) vertical power jump
test, dan margarita-kalamen power test merupakan test yang bertujaun untuk
mengukur work power.
Agar
data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selain memperhatikan
bentuk tes juga harus dibedakan jenis power yang akan diukur. Bompa (1990),
membedakan power menjadi dua, yaitu power siklis dan asiklis. Perbedaan jenis
ini dilihat dari segi kesesuaian jenis
gerakan atau keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power tersebut dapat
dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang
dominan power asiklis adalah melempar, menolak pada
atletik,
usur-unsur gerakan senam, beladiri, loncat indah, dan permainan. Sedangkan
olahraga lari cepat, dayung, renang, bersepeda, dan sejenis lebih dominan power
siklisnya
- Vertical jump
Tujuan : mengukur
power tungkai dalam arah vertical
Sasaran : Laki-laki dan
perempuan 9 tahun keatas
Perlengkapan : -
Papan bermeteran yang dipasang didinding dengan ketinggian 150 sampai
350 cm tingkat ketelitiannya hingga 1 cm
-
Bubuk kapur
-
Dinding sedikitnyaa setinngi 365 cm (12 feet)
Pelaksanaan :
-
Testi berdiri menyamping arah dinding, kedua
kaki rapat, telapak kakmenempel penuh dilantai, ujung jari tangan yang dekan
dengan dinding dibumbui bubuk kapur
-
Satu tangan testi yang dekat dengan dinding
meraih keatas setinggi mungkin, kaki tetap menempel dilantai, catat tinggi
raihannya pada bekas ujung jari tengah.
-
Testi meloncat keatas setnggi mungkin dan
menyentuh papan. Lakukan tiga kali loncatan pada bekas ujung jari tengah
-
Posisi awal ketika meloncat adalah : telapak
kaki tetap menempel dilantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak dibelakang badan
-
Tidak boleh melakukan awalan ketika akan
meloncat keatas
Penilaian :
-
Ukur selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan
-
Nilai yang diperoleh testi adalah selish yang
terbanyak antara tinggi loncatan dan tinggi raihan dari ketiga loncatan yang
dilakukan.
Tujuan : mengukur
power tungkai kearah depan.
Sasaran :
Laki-laki dan perempuan yang berusia 6 tahun keatas
Perlengkapan :
-
Lantai yang datar dan rata
-
Meteran
-
Isolasi atau bahan lain yang dapat digunakan
untuk membuat garis batas
-
Bendera kecil bertangkai atau bahan lain yang
dapat digunakan untuk member tanda hasil loncatan.
Pelaksanaan :
-
Testi berdiri kebelakang garis batas, kaki
sejajar, lutut ditekuk, tangan dibelakang badan
-
Testi bediri dibelakang garis batas, kaki
sejajar, lutut ditekuk, tangan dibelakang badan
-
Ayun tangan dan melompat sejauh mungkin
kedepan dan kemudian mendarat dengan kedua kaki bersama-sama.
-
Beri
tanda bekas pendaratan bagi tubuh yang terdekat dengan garis start
-
Testi melakukan 3 kali loncatan
-
Sebelu melakukan tes yang sesungguhnya testi
boleh mencoba sampai dapat melakukan gerakan dengan benar
Penilaian :
-
Hasil testi diukur dari bekas pendaratan badan
atau anggota badan yang terdekat garis start
-
Nilai yang diperoleh testi adalah jarak
loncatan terjauh yang diperoleh dari ketiga loncatan
Tujuan : untuk
mengukur power tungkai
Perlengkapan :
-
Tangga yang dibuat khusus untuk keperluan ini.
Tangga dibuat meningkat
-
sebanyak 12 anak tangga. Ketinggian
masing-masing tangga 17,4 cm
-
Penimbang berat badan
-
Alat pengatur waktu otomatis yang dapat
berjalan dan berhenti ketika testi
menginjak ketinggian tertentu. Tingkat
ketelitiannya sampai dengan per seratus detik
Pelaksanaan :
-
Testi berdiri 6 m di depan tangga terbawah,
kemudian berlari sesingkat-singkatnya ke atas tangga. Tiga tangga pertama dilewati sekaligus dalam waktu
-
Alat pencatat waktu akan berjalan ketika testi
menginjak tangga ke tiga dan berhenti ketika testi menginjak angga ke 9
-
Catat waktu tempuhnya sampai perseratus detik
-
Testi boleh melakukan 3 kali ulangan
-
Dari waktu tempuh terbaiknya dihitung dengan
rumus :
P=
power, W = berat badan ( dalam Kg), D = tinggi vertical dari tangga ke 3 samapai
ke 9, t = waktu tempuh dari tangga ke 3 sampai ke 9 ( dalam detik)
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa TO, 1990. The Theory And Methodology Of
Training The Key To Atheletic Performance, Dubuque. IOWA : Kendall/Hunt
http://www.
topendsports.com
http://www.altorendimiento.com
Ismaryanti, 2008.Tes Dan Pengukuran Olahraga,
Surakarta : Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS Dan UPT Penerbitan Dan
Pencetakan UNS (UNS Press)
Pyke F & Watson G, 1978. Focus On Running
An Introduction To Human Movement, Australia : Harper & Row Pty.Ltd
T. Cholik Muthohir,1999. Standarisasi
Kesegaran Jasmani Atlet, Jurnal Iptek Olahraga, Jakarta : Ppitor Kantor Menteri
Pemuda Dan Olahraga, Septerber 1999, Vol.1 Nomor 2
Thomas JR & Nelson JK,1990 Reseach Methods
In Physical Activity, Illionis : Human Kinetics Books
0 comments:
Posting Komentar
komentar anda adalah inspirasi saya